Minum minuman keras adalah sumber berbagai penyakit. Memahami akan hal ini, orang yang baik berusaha mempengaruhi orang lain agar meninggalkan minuman keras, meskipun dalam melakukannya ia menodai dirinya sendiri.
Suatu ketika Bodhisattva lahir sebagai Sakra, Raja Para Dewa. Belas kasih telah memurnikan hatinya, setiap perbuatannya senantiasa ditujukan demi meningkatkan kebahagiaan serta kebajikan makhluk lain, melalui perbuatan dana, sila dan caga [kemurahan hati]. Meskipun ia sangat menikmati segala kesenangan duniawi yang dimiliki oleh para dewa, tak sesaat pun Ia mengendurkan usahanya bagi kebajikan dunia.
Sebagaimana para pemimpin, yang sangat mabuk oleh arak keras keagungan hingga kehilangan kewaspadaan serta lupa bahkan terhadap kepentingannya sendiri, mereka sudah seperti orang yang sudah gila. Sakra, sebaliknya, tak membiarkan kemabukan pada kekuasaan mempengaruhi batinnya. Bahkan, ketertarikannya pada kebajikan bagi semua makhluk terus berkembang, menyadari kecenderungan dirinya sendiri dengan baik, ia sama sekali tak mengabaikan kepentingan orang lain. Belas kasihnya kepada semua makhluk sedemikian besar hingga ia bahkan memperhatikan makhluk hidup sekecil apa pun yang sangat menderita.
Pada suatu hari, sebagai seorang Mahasattva yang mengarahkan pandangannya terhadap umat manusia, pandangannya yang tajam serta kuat sebagaimana sifatnya, penuh maitri serta karuna, tertuju pada seorang raja bernama Sarvamitra, `Sahabat Bagi Semua'. Raja ini, dikarenakan oleh persahabatannya dengan orang-orang yang tidak baik, terikat sangat kuat terhadap arak yang keras, dengan mana ia bergaul, baik dengan berbagai macam rakyatnya maupun para punggawanya. Melihat bahwa raja tersebut tidak memperlihatkan perasaan bersalah dari meminum minuman keras, Mahasattva merenung dengan hati belas kasihnya:
"Kemalangan besar apakah yang akan menimpa orang ini? Aduh! Menyenangkan pada mulanya, minuman keras membawa pada kegelapan serta kehancuran yang berat. Yang demikian ini merupakan jalan persimpangan, yang tampak menarik akan tetapi menjauhkan dari pencerahan; mereka yang menuruti daya tarik arak, tak akan menyadari kejahatan yang dipeluknya. Tetapi apa yang harus kulakukan?"
Setelah merenung dengan seksama, Sakra segera melihat apa yang harus dilakukannya. "Apakah sebabnya, jelaslah kiranya. Sudah menjadi sifat manusia, meniru orang yang terpandang di antara mereka. Raja, karenanya, menjadi orang yang harus disadarkan, mengingat bahwa karena dirinyalah segala kebajikan serta kejahatan rakyatnya akan mengikuti."
Untuk itu Mahasattva lalu bersalin rupa menjadi seorang brahmana mulia. Bersinar bagaikan emas murni, ia tak pernah terpengaruh oleh hal-hal yang rendah; rambutnya kusam serta gimbal, tubuhnya tertutup oleh jubah pertapa dari kulit kayu yang keras serta kulit rusa.
Ketika Raja Sarvamitra sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, membicarakan tentang mutu arak yang begini dan begitu, Sakra muncul di hadapan mereka, berdiri di angkasa, sebuah kendi berukuran sedang tergantung di pinggang kirinya. Membuat terkejut serta takjub yang sedang berkumpul, lalu mereka bangkit dari duduknya, menangkupkan kedua telapak tangannya penuh hormat.
Dengan suara yang menggetarkan bagaikan petir awan hujan Sakra bernyanyi:
"Lihatlah kendi ini yang terisi penuh hingga lehernya, bunga mekar tersenyum melingkari lehernya! Ukiran tangan dengan hiasan yang kemilau, Siapa yang mau membeli mustika menggiurkan ini?
Kendi bagus ini, dihiasi dengan bunga indah, betapa bangganya dia memakai dedaunannya yang bagus sekali. Mari, siapa di antara kalian yang ingin membelinya?"
Takjub pada pemunculan yang demikian, raja menatap brahmana dengan rasa hormat. Mengangkat tangan anjalinya, ia menjawab: "Engkau muncul seterang matahari, seagung bulan, seperti seorang Mahamuni. Siapakah panggilan namamu di dunia ini? Engkau muncul dengan cara yang begitu berbeda hingga membuat kami keheranan."
Sakra menjawab: "Beli saja kendi ini. Setelah itu Engkau akan tahu siapa aku. Belilah, jika kalian tidak merasa takut menderita dalam hidup yang akan datang, atau bencana akan terus datang sekarang."
Raja menjawab: "Aku tak pernah mendengar apa pun yang dijual dengan cara seperti ini sebelumnya. Pedagang biasanya memuji keunggulan barangnya, semua akan menyembunyikan kekurangannya. Caramu telah menunjukkan siapa dirimu, karena makhluk-makhluk suci membenci kesalahan. Mereka mengucapkan kebajikan tanpa meninggalkan kebenaran, bahkan meski dalam kesulitan.
Katakan kepadaku, Manusia Utama, apa sebenarnya yang ada di dalam kendimu? Dan apa yang sebenarnya diinginkan orang mulia sepertimu sebagai imbalannya?"
Sakra menjawab: "Dengarlah baik-baik, Raja Agung. Kendi ini tidak berisi air, bukan air yang keluar dari awan, bukan air yang mengalir dari mata air suci. Ia tidak beraroma madu yang dikumpulkan dari sari bunga; bukan pula sari mentega; bahkan juga bukan susu yang berwarna bagai bulan yang membuat mekar bunga kumuda di malam hari yang tiada mendung. Bukan, kendi ini penuh dengan kejahatan yang sesungguhnya hingga lehernya.
Dan kini jika Engkau mengijinkan, aku akan menyebutkan kebajikan dari minuman ini:
"Jika Engkau minum dari kendi ini seluruh pengendalian diri akan meninggalkanmu. Ingatan akan melupakanmu, Engkau akan tersandung bahkan di atas tanah lunak. Bingung serta tumpul, Engkau tak akan memedulikan Apakah yang kaumakan patut dimakan atau tidak. Demikianlah air yang terkandung di dalam kendi ini. Silahkan beli kendi yang tanpa cela ini!
Menyebabkan hilangnya panca indera, dan berbuat tanpa menyadarinya! Menjadikan bagai binatang, berbicara tanpa berpikir, Sementara musuh-musuhmu tertawa seolah Engkau sedang menari-nari di antara mereka, Menari mengikuti pukulan gendang kata-katamu sendiri yang tanpa disadari. Silahkan beli kendi ini! Ia kosong dari segala kebajikan!
Ketika mereka minum dari kendi ini, Bahkan yang pemalu kehilangan kepantasan – Melepaskan pakaiannya berjingkrak di jalanan. Demikianlah cairan yang terdapat di dalam kendi ini, Dan kini ia ditawarkan kepadamu! Minum dan tergeletak tanpa sadar, berlepotan dengan muntahan, Anjing semaunya menjilati mukamu. Betapa senangnya membeli yang ada dalam kendi ini!
Minum dan minumlah dengan rakus yang ada di dalam kendi ini! Pukul orang tuamu hingga mati dan bunuh Dewa Kekayaan! Tumpahkan hidupmu hingga kering, minumlah pikiranmu hingga habis! Seperti Andhaka dan Vrishnaya bersaudara, Yang satu sama lain saling memukul. Begitulah kegilaan yang dapat ditemukan dalam kendi ini.
Jika Engkau menginginkan apa yang ada dalam kendi ini, Engkau akan kehilangan kedudukanmu –kemuliaanmu akan lenyap, Engkau akan kehilangan nama baikmu. Harta serta rumahmu habis, keluargamu hancur – Yang di dalam kendi ini batal dijual! Tangis dan tawa dengan demikian terhindarkan mata sayu serta kebodohan yang seperti orang kerasukan yaksa, Menghindarkan menjadi objek cemoohan Pikiran kotormu terdapat dalam bejana ini!
Minum menyebabkan perasaan menyesal di hari tua; ia melemahkan keinginan untuk melakukan apa yang baik bagi diri sendiri. Pikiran jernih terabaikan, perbuatan tergesa-gesa lalu timbul. Di sini, di dalam kendi inilah kesemua itu, bahkan masih banyak lagi!
Disebabkan oleh cairan ini dewa tua menjadi tak terkendali, dan dilucuti dari keagungannya oleh raja para dewa, basah kuyup di dalam samudra sambil mencari pertolongan. Seperti itulah malapetaka yang ditimbulkan oleh kendi ini!
Berkata tidak benar seolah-olah benar, karenanya kehilangan perasaannya terhadap benar dan salah Engkau akan melakukan perbuatan yang tak seharusnya dilakukan. Di sinilah di dalam kendi ini kutukan berwujud! Ibu dari kedosaan, kebodohan serta kepedihan, Sumber segala kejahatan, jalan menuju segala kegilaan, Di sinilah di dalam kendi ini kegelapan batin yang menakutkan!
Aku memberi penawaran ini pada Raja Agung untuk membelinya! Biarlah ia kehilangan indriawinya dan membunuh para pertapa Tanpa memikirkan selanjutnya, Dan juga membunuh orang tuanya sendiri!
Wahai Pemimpin Manusia, yang dipandang sebagai dewa di dunia ini, begitulah cairan ini. Biarlah siapa pun tak bersahabat dengan kebajikan dengan membelinya di sini.
Barang siapa bergantung pada barang ini akan terbiasa dengan perbuatan salah. Tak diragukan lagi ia akan jatuh ke dalam neraka, atau dalam kelahiran sebagai binatang ataupun peta. Lalu siapakah yang bahkan mau melihat kendi ini?
Bahkan sekedar meminumnya sedikit berpengaruh pada kehidupan ini, dengan pelan menghancurkan sifat baik serta nalarnya, mengarahkan orang menuju pada kebinatangan, danawa, bahkan hingga ke pintu neraka untuk terbakar dalam api yang berkobar-kobar.
Singkatnya, minum arak mematikan sifat baik, membunuh nama baik, menghancurkan rasa malu dan mengotori pikiran. Wahai Baginda, mengetahui semua ini, bagaimana bisa engkau membiarkan dirimu menjadi peminum?"
Kata-kata yang sedemikian berikut alasan-alasannya menyadarkan raja dari sifat arak yang menghancurkan. Melenyapkan seluruh keinginan untuk minum, raja lalu berkata kepada Sakra:
"Engkau telah mempengaruhiku seolah seperti kasih sayang seorang ayah yang mempengaruhi putranya, atau seperti seorang guru yang tergerak hatinya oleh bakti siswanya. Engkau mengajar seolah seperti seorang Muni yang memahami cara yang tepat. Kebajikanmu telah memberi kami kebajikan besar; mohon terimalah sesuatu dari kami sebagai balasan.
Aku akan memberimu lima desa, seratus orang budak, lima ratus ekor sapi, juga sepuluh kereta yang ditarik oleh kuda-kuda terbaik: Kesemuanya demikian pula yang lain, yang mungkin kau inginkan, mengingat bahwa Engkau telah menjadi guru bagiku. Apa pun lainnya yang kauinginkan karenanya, Oh Yang Mulia, mohon terimalah sebagai persembahanku."
Sakra menjawab: "Aku tak menginginkan desa, aku juga tak membutuhkan budak-budak. Ketahuilah, Wahai Raja, diriku adalah Raja Para Dewa. Dan ketahuilah juga bahwa, orang yang membicarakan kebajikan tak menginginkan apa pun kecuali ajarannya diterima dan dilaksanakan, dengan cara demikian akan membawa keagungan serta kemuliaan, setelah kematiannya ia akan pergi ke alam bahagia. Untuk itu, buanglah kebiasaanmu minummu. Berpeganglah teguh pada perbuatan benar, Engkau kelak akan dapat berbagi surga denganku."
Setelah memenuhi kehendaknya, Sakra menghilang seketika. Sang raja bersama orang-orangnya, kemudian menjauhi minuman keras untuk selama-lamanya.
Dari kisah ini orang dapat melihat betapa besarnya penderitaan yang diakibatkan minuman keras, dan bagaimana orang baik akan berusaha mengubah orang lain dari keburukannya, tak perlu dikatakan lagi demikian pula terhadap dirinya sendiri. Kisah ini juga sesuai pada saat memuji keagungan Tathagata, dan juga pada saat menunjukkan bagaimana Sang Bhagavan membawa kebajikan bagi makhluk hidup dalam kehidupannya yang lampau.
Sumber: http://www.indoforum.org/archive/index.php/t-61168.html
Suatu ketika Bodhisattva lahir sebagai Sakra, Raja Para Dewa. Belas kasih telah memurnikan hatinya, setiap perbuatannya senantiasa ditujukan demi meningkatkan kebahagiaan serta kebajikan makhluk lain, melalui perbuatan dana, sila dan caga [kemurahan hati]. Meskipun ia sangat menikmati segala kesenangan duniawi yang dimiliki oleh para dewa, tak sesaat pun Ia mengendurkan usahanya bagi kebajikan dunia.
Sebagaimana para pemimpin, yang sangat mabuk oleh arak keras keagungan hingga kehilangan kewaspadaan serta lupa bahkan terhadap kepentingannya sendiri, mereka sudah seperti orang yang sudah gila. Sakra, sebaliknya, tak membiarkan kemabukan pada kekuasaan mempengaruhi batinnya. Bahkan, ketertarikannya pada kebajikan bagi semua makhluk terus berkembang, menyadari kecenderungan dirinya sendiri dengan baik, ia sama sekali tak mengabaikan kepentingan orang lain. Belas kasihnya kepada semua makhluk sedemikian besar hingga ia bahkan memperhatikan makhluk hidup sekecil apa pun yang sangat menderita.
Pada suatu hari, sebagai seorang Mahasattva yang mengarahkan pandangannya terhadap umat manusia, pandangannya yang tajam serta kuat sebagaimana sifatnya, penuh maitri serta karuna, tertuju pada seorang raja bernama Sarvamitra, `Sahabat Bagi Semua'. Raja ini, dikarenakan oleh persahabatannya dengan orang-orang yang tidak baik, terikat sangat kuat terhadap arak yang keras, dengan mana ia bergaul, baik dengan berbagai macam rakyatnya maupun para punggawanya. Melihat bahwa raja tersebut tidak memperlihatkan perasaan bersalah dari meminum minuman keras, Mahasattva merenung dengan hati belas kasihnya:
"Kemalangan besar apakah yang akan menimpa orang ini? Aduh! Menyenangkan pada mulanya, minuman keras membawa pada kegelapan serta kehancuran yang berat. Yang demikian ini merupakan jalan persimpangan, yang tampak menarik akan tetapi menjauhkan dari pencerahan; mereka yang menuruti daya tarik arak, tak akan menyadari kejahatan yang dipeluknya. Tetapi apa yang harus kulakukan?"
Setelah merenung dengan seksama, Sakra segera melihat apa yang harus dilakukannya. "Apakah sebabnya, jelaslah kiranya. Sudah menjadi sifat manusia, meniru orang yang terpandang di antara mereka. Raja, karenanya, menjadi orang yang harus disadarkan, mengingat bahwa karena dirinyalah segala kebajikan serta kejahatan rakyatnya akan mengikuti."
Untuk itu Mahasattva lalu bersalin rupa menjadi seorang brahmana mulia. Bersinar bagaikan emas murni, ia tak pernah terpengaruh oleh hal-hal yang rendah; rambutnya kusam serta gimbal, tubuhnya tertutup oleh jubah pertapa dari kulit kayu yang keras serta kulit rusa.
Ketika Raja Sarvamitra sedang duduk-duduk bersama para sahabatnya, membicarakan tentang mutu arak yang begini dan begitu, Sakra muncul di hadapan mereka, berdiri di angkasa, sebuah kendi berukuran sedang tergantung di pinggang kirinya. Membuat terkejut serta takjub yang sedang berkumpul, lalu mereka bangkit dari duduknya, menangkupkan kedua telapak tangannya penuh hormat.
Dengan suara yang menggetarkan bagaikan petir awan hujan Sakra bernyanyi:
"Lihatlah kendi ini yang terisi penuh hingga lehernya, bunga mekar tersenyum melingkari lehernya! Ukiran tangan dengan hiasan yang kemilau, Siapa yang mau membeli mustika menggiurkan ini?
Kendi bagus ini, dihiasi dengan bunga indah, betapa bangganya dia memakai dedaunannya yang bagus sekali. Mari, siapa di antara kalian yang ingin membelinya?"
Takjub pada pemunculan yang demikian, raja menatap brahmana dengan rasa hormat. Mengangkat tangan anjalinya, ia menjawab: "Engkau muncul seterang matahari, seagung bulan, seperti seorang Mahamuni. Siapakah panggilan namamu di dunia ini? Engkau muncul dengan cara yang begitu berbeda hingga membuat kami keheranan."
Sakra menjawab: "Beli saja kendi ini. Setelah itu Engkau akan tahu siapa aku. Belilah, jika kalian tidak merasa takut menderita dalam hidup yang akan datang, atau bencana akan terus datang sekarang."
Raja menjawab: "Aku tak pernah mendengar apa pun yang dijual dengan cara seperti ini sebelumnya. Pedagang biasanya memuji keunggulan barangnya, semua akan menyembunyikan kekurangannya. Caramu telah menunjukkan siapa dirimu, karena makhluk-makhluk suci membenci kesalahan. Mereka mengucapkan kebajikan tanpa meninggalkan kebenaran, bahkan meski dalam kesulitan.
Katakan kepadaku, Manusia Utama, apa sebenarnya yang ada di dalam kendimu? Dan apa yang sebenarnya diinginkan orang mulia sepertimu sebagai imbalannya?"
Sakra menjawab: "Dengarlah baik-baik, Raja Agung. Kendi ini tidak berisi air, bukan air yang keluar dari awan, bukan air yang mengalir dari mata air suci. Ia tidak beraroma madu yang dikumpulkan dari sari bunga; bukan pula sari mentega; bahkan juga bukan susu yang berwarna bagai bulan yang membuat mekar bunga kumuda di malam hari yang tiada mendung. Bukan, kendi ini penuh dengan kejahatan yang sesungguhnya hingga lehernya.
Dan kini jika Engkau mengijinkan, aku akan menyebutkan kebajikan dari minuman ini:
"Jika Engkau minum dari kendi ini seluruh pengendalian diri akan meninggalkanmu. Ingatan akan melupakanmu, Engkau akan tersandung bahkan di atas tanah lunak. Bingung serta tumpul, Engkau tak akan memedulikan Apakah yang kaumakan patut dimakan atau tidak. Demikianlah air yang terkandung di dalam kendi ini. Silahkan beli kendi yang tanpa cela ini!
Menyebabkan hilangnya panca indera, dan berbuat tanpa menyadarinya! Menjadikan bagai binatang, berbicara tanpa berpikir, Sementara musuh-musuhmu tertawa seolah Engkau sedang menari-nari di antara mereka, Menari mengikuti pukulan gendang kata-katamu sendiri yang tanpa disadari. Silahkan beli kendi ini! Ia kosong dari segala kebajikan!
Ketika mereka minum dari kendi ini, Bahkan yang pemalu kehilangan kepantasan – Melepaskan pakaiannya berjingkrak di jalanan. Demikianlah cairan yang terdapat di dalam kendi ini, Dan kini ia ditawarkan kepadamu! Minum dan tergeletak tanpa sadar, berlepotan dengan muntahan, Anjing semaunya menjilati mukamu. Betapa senangnya membeli yang ada dalam kendi ini!
Minum dan minumlah dengan rakus yang ada di dalam kendi ini! Pukul orang tuamu hingga mati dan bunuh Dewa Kekayaan! Tumpahkan hidupmu hingga kering, minumlah pikiranmu hingga habis! Seperti Andhaka dan Vrishnaya bersaudara, Yang satu sama lain saling memukul. Begitulah kegilaan yang dapat ditemukan dalam kendi ini.
Jika Engkau menginginkan apa yang ada dalam kendi ini, Engkau akan kehilangan kedudukanmu –kemuliaanmu akan lenyap, Engkau akan kehilangan nama baikmu. Harta serta rumahmu habis, keluargamu hancur – Yang di dalam kendi ini batal dijual! Tangis dan tawa dengan demikian terhindarkan mata sayu serta kebodohan yang seperti orang kerasukan yaksa, Menghindarkan menjadi objek cemoohan Pikiran kotormu terdapat dalam bejana ini!
Minum menyebabkan perasaan menyesal di hari tua; ia melemahkan keinginan untuk melakukan apa yang baik bagi diri sendiri. Pikiran jernih terabaikan, perbuatan tergesa-gesa lalu timbul. Di sini, di dalam kendi inilah kesemua itu, bahkan masih banyak lagi!
Disebabkan oleh cairan ini dewa tua menjadi tak terkendali, dan dilucuti dari keagungannya oleh raja para dewa, basah kuyup di dalam samudra sambil mencari pertolongan. Seperti itulah malapetaka yang ditimbulkan oleh kendi ini!
Berkata tidak benar seolah-olah benar, karenanya kehilangan perasaannya terhadap benar dan salah Engkau akan melakukan perbuatan yang tak seharusnya dilakukan. Di sinilah di dalam kendi ini kutukan berwujud! Ibu dari kedosaan, kebodohan serta kepedihan, Sumber segala kejahatan, jalan menuju segala kegilaan, Di sinilah di dalam kendi ini kegelapan batin yang menakutkan!
Aku memberi penawaran ini pada Raja Agung untuk membelinya! Biarlah ia kehilangan indriawinya dan membunuh para pertapa Tanpa memikirkan selanjutnya, Dan juga membunuh orang tuanya sendiri!
Wahai Pemimpin Manusia, yang dipandang sebagai dewa di dunia ini, begitulah cairan ini. Biarlah siapa pun tak bersahabat dengan kebajikan dengan membelinya di sini.
Barang siapa bergantung pada barang ini akan terbiasa dengan perbuatan salah. Tak diragukan lagi ia akan jatuh ke dalam neraka, atau dalam kelahiran sebagai binatang ataupun peta. Lalu siapakah yang bahkan mau melihat kendi ini?
Bahkan sekedar meminumnya sedikit berpengaruh pada kehidupan ini, dengan pelan menghancurkan sifat baik serta nalarnya, mengarahkan orang menuju pada kebinatangan, danawa, bahkan hingga ke pintu neraka untuk terbakar dalam api yang berkobar-kobar.
Singkatnya, minum arak mematikan sifat baik, membunuh nama baik, menghancurkan rasa malu dan mengotori pikiran. Wahai Baginda, mengetahui semua ini, bagaimana bisa engkau membiarkan dirimu menjadi peminum?"
Kata-kata yang sedemikian berikut alasan-alasannya menyadarkan raja dari sifat arak yang menghancurkan. Melenyapkan seluruh keinginan untuk minum, raja lalu berkata kepada Sakra:
"Engkau telah mempengaruhiku seolah seperti kasih sayang seorang ayah yang mempengaruhi putranya, atau seperti seorang guru yang tergerak hatinya oleh bakti siswanya. Engkau mengajar seolah seperti seorang Muni yang memahami cara yang tepat. Kebajikanmu telah memberi kami kebajikan besar; mohon terimalah sesuatu dari kami sebagai balasan.
Aku akan memberimu lima desa, seratus orang budak, lima ratus ekor sapi, juga sepuluh kereta yang ditarik oleh kuda-kuda terbaik: Kesemuanya demikian pula yang lain, yang mungkin kau inginkan, mengingat bahwa Engkau telah menjadi guru bagiku. Apa pun lainnya yang kauinginkan karenanya, Oh Yang Mulia, mohon terimalah sebagai persembahanku."
Sakra menjawab: "Aku tak menginginkan desa, aku juga tak membutuhkan budak-budak. Ketahuilah, Wahai Raja, diriku adalah Raja Para Dewa. Dan ketahuilah juga bahwa, orang yang membicarakan kebajikan tak menginginkan apa pun kecuali ajarannya diterima dan dilaksanakan, dengan cara demikian akan membawa keagungan serta kemuliaan, setelah kematiannya ia akan pergi ke alam bahagia. Untuk itu, buanglah kebiasaanmu minummu. Berpeganglah teguh pada perbuatan benar, Engkau kelak akan dapat berbagi surga denganku."
Setelah memenuhi kehendaknya, Sakra menghilang seketika. Sang raja bersama orang-orangnya, kemudian menjauhi minuman keras untuk selama-lamanya.
Dari kisah ini orang dapat melihat betapa besarnya penderitaan yang diakibatkan minuman keras, dan bagaimana orang baik akan berusaha mengubah orang lain dari keburukannya, tak perlu dikatakan lagi demikian pula terhadap dirinya sendiri. Kisah ini juga sesuai pada saat memuji keagungan Tathagata, dan juga pada saat menunjukkan bagaimana Sang Bhagavan membawa kebajikan bagi makhluk hidup dalam kehidupannya yang lampau.
Sumber: http://www.indoforum.org/archive/index.php/t-61168.html
Terima kasih _/\_
BalasHapusKisah yang sangat indah
BalasHapus